Selasa, 20 Januari 2009

Literary

Literature. The word is often heard by almost all people in the world. In fact what is so very interesting literature for some people. Literature (Sanskrit: शास्त्र, shastra) is the word of the language serapan Sanskrit literature, which means "a text that contains the instructions" or "guidance", from basic word-sas which means "instruction" or "teachings". In English the word is usually used to refer to "literary" or a type of words that have a particular meaning or beauty. In addition, in the sense of literary, literature can be divided into literature written or oral literature (oral literature). Here the literature is not much in touch with any posts, but with language that is used as vehicle to express a certain thought or experience. Literary usually divided according to geographical region or language. Literature, especially in Indonesia has a variety of things to be very diverse. This article is only the beginning as in the other sub-division. In the literature is divided into various ideas that underlie and encompass the work of literature. In fact, the work of literature is divided into three: drama, poetry, prose. Historical development of literature is like any other science that also has a history.

Minggu, 13 Januari 2008

Fahim

Fahim. Akhwat jurusan sastra yang terus merepotiku dengan berbagai pertanyaan dan permintaan. Aku sering ribut dengannya. Akhir-akhir ini aku cuek, begitupun dengannya. Ketus padaku. Hanya organisasi saja yang membuat kami berkomunikasi. Tapi...aku rindu dengan candanya kadangkala.
“San! Antum kenapa!?”tanya Ruslan di sampingku. Baru saja aku hampir menyalip sebuah truk. Aneh, kenapa pikiranku melayang pada Fahim?
“Afwan, Rus,”ujarku. Kutenangkan hatiku yang tiba-tiba gundah ini.
“San, semoga Fahim mau terima ane ya,”lanjut Ruslan sambil menunduk. Aku melihatnya di kaca spion. Ikhwan pemalu. Kau buatku kagum, Rus...dan buatku kalah...batinku. “Meski ane pernah gagal, meski fisiknya nggak cantik, ane mau coba lagi, San. Kemarin...ane udah bilang sama dia dan hari ini, nanti sore, MR kami mau ngajak ta’arufan,”rincinya. Rabb, kenapa seolah ada yang sakit di tubuhku?
“Do’ain, ya, San...antum, kan, sahabat ane...”ucap Ruslan, menggantung. Kutunggu lanjutannya, ternyata hanya hening yang melanjutkan. DEG!! Aliran darahku kurasai cepat. Aku tak tahu apa ini, yang pasti aku merasa kurang nyaman dengan ucapan Ruslan. Diam kujadikan pilihan sat ini hingga akhirnya kuucap kalimat, “semoga hal terbaik yang terjadi nantinya, Rus,” seraya tersenyum. Senyum yang kuusahakan tak tampak aneh baginya.
Tak begitu lama, kami sampai di depan rumah sederhana orangtua Ruslan. Segera kulajukan mobil ke arah rumah mewah ayahku.
Ya, dari status sosial saja sudah berbeda. Yang kukhawatirkan adalah keluarga Fahim. Memang lebih layak Fahim bersanding dengan Ruslan, tak begitu merepotkan keluarganya. Kegemaran? Beda. Ia lebih mirip dengan Ruslan dibanding denganku. Apalagi? Pekerjaan? Aku seorang freelancer, sama seperti Fahim. Yah, gaji seorang freelancer apa iya cukup untuk sepasang keluarga muda? Sudahlah, memang ia lebih layak dengan Ruslan yang seorang pekerja tetap di provider internet itu. Aku dan Fahim juga masih kuliah. Kini, aku hanya bisa mendoa untuk kami bertiga....
.............................
“San! Antum kenapa!?”pekikku setengah kaget dengan manuver rekanku di belakang setir. Ihsan, seorang mahasiswa teknik sipil. Sepertinya ia sedang dirundung gelisah.
“Afwan, Rus,”ujarnya. Ya, kulihat wajah lusuhnya. Apakah terlalu berat beban kuliahnya sehingga wajah cerianya itu tertutupi lusuh sehabis UAS? Sudahlah. Lebih baik kuhibur dia dengan kabar gembiraku.
“San, semoga Fahim mau terima ane ya,”ucapku malu. Aku menunduk...tak kuasa kutatap jalanan atau wajah Ihsan. Aku malu untuk menyatakan ini. Tapi demi menghibur Ihsan kukatakan juga berita gembira ini. “Meski ane pernah gagal, meski fisiknya nggak cantik, ane mau coba lagi, San. Kemarin...ane udah bilang sama dia dan hari ini, nanti sore, MR kami mau ngajak ta’arufan,”rinciku. Kutunggu Ihsan menjawab, tapi ia hanya diam. Masih lusuhkah?
“Do’ain, ya, San...antum, kan, sahabat ane...”akhirnya itu kalimat yang keluar dari mulutku. Aku masih tak berani menatap wajahnya.
“semoga hal terbaik yang terjadi nantinya, Rus,”ujarnya kemudian. Sahabat yang temaniku dalam suka dan duka. Kudapati senyumnya. Alhamdulillah, Ihsan sudah mulai tenang, sepertinya. Tak lama kemudian pintu rumahku sudah terlihat. Segera kuucap terima kasih dan salam padanya. Kualngkahkan kakiku dengan bismillah...
Sampai di rumah, kudapati telepon untukku. Saat itulah kutahu sebab lusuhnya wajah Ihsan. Sikapnya yang agak aneh, juga senyum getir yang kuterima tadi. Saat seorang ikhwan menanyakan pendapatku kalau Ihsan dijodohkan dengan Fahim. Ketika kutanya alasan perjodohan itu, karena Ihsan menyukai Fahim sejak rihlah dan dia akan mengkhitbah Fahim secepatnya.
Saat itulah kurasakan pisau yang menusuk hati. Bukan, bukan hatiku, tapi hati Ihsan...dan aku yang menusukkan pisau itu tanpa kusadari. San, afwan...tapi kita harus mengikuti aturanNya...
....................................................


Minggu, 11 November 2007

Palestine...Emang Gue Pikirin..??

• Kenapa kita nggak ngeh sama Palestina?
1. Kita bukan orang yang pedulian. Nggak apa-apa sekali-sekali egois, kata Himura Kenshin, tapi jangan keseringan.
2. Informasi yang kita dapetin minim
3. Pemahaman kita minim tentang Palestina

• Trus, kenapa harus peduli?
1. Kita manusia
2. Kita orang Indonesia
3. Kita seorang muslim

• Kok PALESTINA?
Arkeolog nemuin ukiran-ukiran dengan huruf “PLST”. Menurut tulisan ini, orang-orang yang tinggal di selatan Palestina itu yang disebut “Palestian”. Kemudian ditambahin huruf “N” pada nama mereka, dan mereka disebut “Palestin”

• Sekilas tentang Yahudi, Israel, dan Zionisme
Ya, kita nggak bisa memukul rata ketiganya, karena:
 Yahudi menunjuk pada bangsa dan agama
 Israel adalah kesatuan politik yang merupakan cita-cita zionisme
 Zionisme merupakan ideologi dan gerakan. Zion mengacu pada sebuah bukit di ‘tanah yang dijanjikan’

• Gimana supaya kemenangan yang 4W1 janjikan atas Palestina itu dateng?
Mm, penting buat kita untuk nambal 4 poin berikut biar pertanyaan tadi terjawab

1. Punahnya unsur maknawi dan ruhiy
Sa’ad bin Waqqash bilang yang intinya taqwa sama 4W1 tuh persiapan paling sempurna buat ngadepin musuh-musuh dan sejeli-jelinya tipudaya pertempuran.
Kuatin taqwa dan jaga diri dari maksiat

2. Perpecahan dan perselisihan
QS Al-Anfaal:46 Dan janganlah kamu berselisih, maka kamu jadi lemah dan hilang kekuatanmu.
Sebab perpecahan ada dua: luar (konspirasi) dan dalam (egoisme dan fanatisme kelompok)

3. Umat Islam dan para pemimpinnya menanggapi masalah Palestina hanya dengan retorika (omong doang)
Sebenarnya dibutuhkan persiapan matang dan konsentrasi penuh terhadap perjuangan kmerdekaan Palestina

4. Tujuan peperangan bukan untuk meninggikan kalimah 4W1

Ada satu hal yang sebenarnya nggak kalah penting, yaitu:

5. Masalah Palestina di lokalisir
QS Al-Hujuraat:10 Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara...

Jadikan masalah Palestina menjadi masalah umat Islam
Yusuf Al-Qaradhawy: Masalah Al-Quds bukan hanya masalah bangsa Palestina dan bangsa Arab saja, tapi juga masalah kita bersama...
(sori kalau rada-rada nggak pas, sudah lupa)

• Just Do It!!
Caranya....baca terus tulisan ini
1. Kabarin teman-teman, kalo bisa sebutin media yang cukup objektif, tapi nggak termasuk bahan propaganda

2. Bantu dengan harta...bikin kamu makin kaya
Inget, yang seimbang. Meski kita alokasiin dana buat Palestina, kita juga musti ngeliat lingkungan sekitar

3. Sering ikut diskusi, biar nggak asal emosi...
Penting biar kita tetep ngeh soal Palestina dengan landasan ilmu

4. Aktif di lembaga-lembaga keislaman

5. ikut aksi munasharah
Biasanya dibarengi demo. Untuk hal ini kiat-kiatnya dibahas di materi yang judulnya’manajemen aksi’

6. manfaatin media massa. Nulis, nulis, dan nulis

7. Boikot! Biar Amerika dan Israel repot!

8. Ikhlas is the most important

Satu hal lagi yang penting, sesuai tuntunan Rasulullah

9. The last but not least, DOA!

(Shofwan Al-Banna)


Sabtu, 15 September 2007

AKU APA ADANYA

Tak seperti bintang di langit
Tak seindah sinar pelangi
Kuakui ku bukanlah mereka
Ku apa adanya
Rupaku kan memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Karena diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya

(Apa adanya—Edcoustic)

Manusia adalah makhluk ciptaanNya, ia memiliki tugas yang harus diselesaikan kala ia masih melihat dunia. Karena itulah, seorang manusia harus optimal dalam menjalankan amanahnya.

Dalam pelajaran PPKn, tugas manusia ada dua, yaitu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu. Dalam ilmu komunikasi, sangat mudah menjadi makhluk individu atau menghadapi satu individu dibanding bila menghadapi sebuah komunitas masyarakat dengan berbagai karakter.

Sebagai makhluk sosial, manusia terus menghadapi berbagai manusia dengan berbagai karakter. Dalam suatu jamaah, dalam suatu organisasi, dalam suatu lingkup kehidupan kelas, tidak semua teman memiliki pemikiran yang sejalan dengan seorang individu. Tiap manusia memiliki sebuah otak yang terus berpikir tidak sama persis dengan orang lain.

Keragaman adalah seni yang Allah cipta sehingga melalui perbedaan individu terjadi suatu sinergisitas yang mewujud karena perbedaan karakter yang saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu, sudah sebaiknyalah sikap setiap manusia memahami keadaan teman, sahabat, atau bahkan saudaranya. Menerima rekan tanpa keinginan yang begitu tinggi akan suatu perubahan karakter sesuai harapannya. Kalau boleh saya lanjutkan bait lagu Edcoustic,

Menjadi diriku dengan segala kekurangan
Menjadi diriku akan kelebihanku
Terimalah aku seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa tak tentu sempurna
Tetap kubangga akan apa yang kupunya
Setiap waktu kunikmati
Anugerah hidup yang kumiliki


Penerimaan kita sebagai makhluk sosial terhadap teman, sahabat, atau saudara kita akan buahkan apa yang sering disebut ukhuwah. Penerimaan kita akan membuat saudara kita, teman, atau sahabat kita optimis dengan keberadaannya sebagai manusia. Begitu banyak efek domino—dalam hal ini efek positif—yang berawal dari penerimaan akan seseorang tanpa pretensi.

Senin, 03 September 2007

Pelangi, aku rindu...

Mentari sinari rumahku
Seperti halnya ia sinari bagian bumi lainnya
Tapi, mentari tak sampai ke hatiku
Ia masih gelap oleh kesendirian
Mentari kasih itu belum siangi hatiku
Hujan kelemahan masih menemani gelapnya kesendirian
Dan kunantikan...
Datangnya mentari kasih itu untuk terangi hatiku
Munculkan pelangi persahabatan
Dihiasi awan kejujuran
Disertai angin ketulusan
Rabb, izinkan kumerindu pelangi itu
Biar kusimpan rindu ini
Tak kulepas ia
Dan suatu saat..
Kurasa indah saat jumpa pelangi itu

Tak Ingin Sendiri

Seutas tali simpul tawamu duhai kawan
Simpulnya jatuh di pelupuk nurani yang tertambat cinta
Cinta berkawan bersama nikmati semusim masa

Di sela kehangatan berkawan adalah aku pandang
Satu persatu garis wajah duhai kawan penuh harapan
Andai saja slalu bersama setiap masa sehati

Suratan Tuhan kita disini menapaki cerita bersama
Cinta berkawan karna sehati dalam kasih Illahi
Tepiskan hal yang berbeda agar kisahmu teramat panjang
Simpan rapi harapan berkawan selamanya...
(Edcoustic)

Rabb, satu lagu itu buatku menangis kala kudapati kondisi saat ini tak seperti dulu lagi
Sebuah kata yang kurindu sampai saat ini...
UKHUWAH
Ya, kata yang aplikasinya tak kudapati lagi di tempat kuberaktivitas hampir setiap hari
Kata yang tak bisa kubangun sendiri
Hampir berputus asa ku dalam perjuangan membentuk kata itu
Hingga kemarin di suatu kondisi...
Kusadari bahwa aku mampu memulai tanpa menunggu, meminta, apalagi mengemis pada yang lain
Cukup kujadikan diriku seorang pejuang untukMu, untuk agamaMu...
Berkorban tanpa peduli posisiku....
Kusadari apa yang kucari akan muncul kala kata lain teraplikasi, Rabb
‘AMAL JAMA’I
Ya, kata itu yang akan munculkan ukhuwah..
Rabb, izinkan kucoba bangkit dari kesendirian ini...
Izinkan ku berazzam
Bismillahirrahmanirrahim...

Rabu, 25 Juli 2007

Resensi Buku:


Masihkah Senyum Itu Untukku
Karya Hendra Veejay

Kuhadirkan kau ke dalam mimpi ini
Untuk setia mendengar cerita perjalananku
Tapi sampai saat ini kau hanya tersenyum
Padahal aku ingin kau menjawab
Mengapa aku masih harus mencintai kebaikan
Yang pada akhirnya juga akan sirna...

Sebait kata yang tertera pada sampul novel romantis itu menggambarkan judul buku, Masihkah Senyum Itu Untukku. Penggambaran yang manusiawi untuk sebuah kisah cinta. Kisah yang menautkan hati seorang Afrina Zakiah, perempuan gamang, dengan seorang Indra, muallaf introvert. Kini, biar rangkaian kata meringkas isi buku itu sebelum diulas sesuai kaidah resensi (halah..)

Adalah seorang Zaki yang masih menyimpan rasa terhadap seorang ikhwan di kampus, Irwan namanya. Hanya saja ikhwan tersebut suatu hari melamar sahabatnya dan keduanya menikah. Meninggalkan luka pada Zaki. Tapi, tak ada yang bisa disalahkan akan rasa hati. Zaki memutuskan untuk pulang kampung, cuti semester. Ia ingin menenangkan hatinya. Namun, di kampungnya ia dapati sesorot mata mirip Irwan, sorot mata yang seakan menjanjikan perlindungan. Pemilik sorot mata juga menyatakan rasa yang ada di hatinya pada Zaki. Keduanya menjalani rutinitas ‘pacaran islami’ yang secara logika syari’at tak dapat diterima.

Ketika semester baru akan dimulai, Zaki pergi dari kampungnya, meninggalkan Indra, pemilik sorot mata. Dalam perpisahan jarak itu keduanya saling mengucap dan mengungkap janji. Zaki dalam kegamangan yang semakin menama kala ia ada di kampusnya, di lingkungan saudara-saudara ikhwahnya. Akhirnya, meski cinta yang Zaki miliki terus mengada, tapi Zaki memutuskan untuk tak melanjutkan kisah cintanya dengan Indra.

Alur kisah yang dibuat sedemikian rupa sehingga pembaca tak merasa berjarak dengan tokoh (saya menangis meski bukan untuk kedua atau ketiga kalinya membaca....hiks...). Manusiawi sekali penggambaran hati Zaki dan Indra. Mungkin sekali ini kisah cerita yang terlihat picisan. Tapi, jangan lihat justifikasi dari segi syari’at. Lihatlah kisah ini dari segi kemanusiaannya. Bukan ingin mencari pembenaran, tapi sungguh seorang ikhwah sebaik apapun akan lemah kala berhadapan dengan hati. Sering kita berucap,”Putuskan atau lanjutkan sesuai syari’at” tapi perlakuannya tak semudah perkataan....

Untuk sastrawan atau yang suka pada sastra, saya anjurkan membaca buku ini. Subhanallah, indah! Bukan kisah dan sikap Zaki atau Indra yang memanggil CINTA pada masing-masing, tapi penggambaran dan penyikapannya. Mengajak kita agak keluar dari saklek nya sikap kita. Lebih memahami hati, itu intinya.


09.30 WIB
24 Juli 2007